Aduh, tema beginian bisa mancing orang untuk penasaran. Bisa juga
mancing amarah orang yang nggak suka diusik hawa nafsunya (maklum,
pengen beda katanya—jadi malah milih yang beda agama sebagai pacarnya).
Tetapi, bisa juga tema ini menjadi bahan untuk dakwah. Yup, kalo gitu
emang tergantung persepsi juga ya. Betul banget. Cara seseorang
memandang suatu masalah juga berbeda-beda. Itu bisa terjadi karena beda
pengetahuan, beda latar belakang sosial, beda latar belakang pendidikan
dan juga latar belakang pemahaman agamanya.
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Tema ini diangkat
karena banyak kasus kaum muslimah—khususnya yang memang tergoda bujuk
rayu pemuda nonmuslim atas dasar yang mereka sebut cinta, padahal
sejatinya nafsu belaka. Kalo ngomongin soal ini, jadi inget kusutnya
hubungan Asmirandah ama Jonas. Simpang siur beritanya, meski pada
akhirnya mengarah pada satu fakta bahwa Asmirandah tergoda ama Jonas
sehingga menjalin hubungan asmara. Bagi para orang tua ini jelas harus
diwaspadai. Kasus serupa ini sebenarnya cukup banyak di kalangan
masyarakat biasa.
Mengaku atas dasar cinta, akhirnya mereka berani untuk mencampakkan
aturan agama. Nasihat orang tua tak didengar, apalagi nasihat dari orang
lain. Ini jelas membahayakan. Saya pernah menyaksikan sendiri ada
seseorang yang saya kenal menikahkan anaknya yang perempuan dengan
seorang pemuda Kristen. Pihak keluarga orang tersebut tentu saja
mempertanyakan keputusan kontroversial itu. Namun, kabarnya si cowok
bersedia masuk Islam sebelum menikah. Singkat kata, dilangsungkanlah
pernikahan. Bahkan saya diundang dan ikut menghadiri pernikahan
tersebut.
Setelah beberapa bulan tak bertemu, saya mendapatkan kabar bahwa
pernikahan tersebut akhirnya bubar. Pasalnya, kenalan saya itu marah
besar karena ternyata menantunya itu ingkar janji. Setelah nikah malah
nggak mau shalat, ngajak istrinya untuk pindah agama segala. Waduh.
Setelah mendengar kabar itu saya tak pernah bertemu lagi. Entah apa yang
kini terjadi. Cukuplah itu menjadi pelajaran yang tak boleh berulang.
Pacaran sebagai modusnya
Suatu hari, redaksi gaulislam menerima SMS dari pembaca yang bertanya
tentang bolehkah pacaran beda agama? Tentu saja kami, kru gaulislam
menjawabnya bahwa pacaran sesama muslim saja dilarang, apalagi dengan
yang beda agama. Pacaran itu aktivitas maksiat. Hubungan gelap tanpa
ikatan pernikahan. Jelas, itu melanggar syariat. Nah, apalagi kemudian
berisiko jika melakukan pacarannya dengan nonmuslim. Para pelakunya
menyangka bahwa itu hanya persoalan cinta. Wedew, cinta jadi di atas
segalanya. Bahkan mengalahkan syariat. Sobat, itu bukan cinta, tetapi
hawa nafsu buruk karena sudah terjerat bujuk rayu setan. Naudzubillah.
Sobat gaulislam, pacaran memang sangat mudah dijadikan modus untuk
menjauhkan remaja muslim dari akidah dan syariat Islam. Mereka dicekoki
bahwa cinta di atas segalanya. Orang yang sedang jatuh cinta dikompori
dan digelapkan matanya agar yang ada di pikirannya adalah kebahagiaan
dan kesenangan semata. Sehingga ketika ada orang yang mengusik atau
memberi nasihat agar kembali ke jalan yang benar dianggapnya sebagai
bentuk turut campur urusan orang lain.
Mengapa pacaran yang dijadikan modus paling gampang untuk menjauhkan
remaja muslim? Begini. Masa remaja itu kan masa puber, ditandai dengan
menyukai lawan jenis. Tumbuh perasaan suka dan senang jika bertemu atau
berkomunikasi dengan lawan jenis. Ketika sarana untuk bertemu dan
berkomunikasi tersedia, maka bukan tak mungkin mereka akan
memanfaatkannya dan menjalin kisah asmara. Jika sudah kecanduan pengen
berinteraksi dengan lawan jenis, yakni melalui aktivitas pacaran, maka
segala cara dilakukan. Apalagi kini ada jejaring sosial semacam Facebook
dan Twitter, maka tambah gampang untuk menjalin hubungan. Bahkan di
situs jejaring buatan Mark Zuckerberg ini status seseorang yang
berhubungan dengan lawan jenisnya bisa dipublis (jika yang punya akun
menginginkannya). Akibatnya, tentu teman-teman dari kedua belah pihak
jadi mengetahui hubungan mereka.
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Membahas tema
cinta dan pergaulan remaja sudah menjadi salah satu ciri gaulislam, maka
jika kamu masih penasaran bagaimana penjelasan detil tentang
dilarangnya pacaran dalam Islam, silakan bisa searching
artikel-artikelnya di website gaulislam.com (kunjungi dan temukan
jawabannya!). Tetapi intinya, bagi seorang muslim pacaran itu haram
hukumnya. Catet ya!
Beda akidah, beda tujuan akhir
Allah Ta’ala berfirman tentang larangan menikahi orang-orang musyrik, “Dan
janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang
musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun
dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke
surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil
pelajaran.” (QS al-Baqarah [2]: 221)
Tuh, ini perlu kamu ketahui lho. Awalnya sih pacaran, tetapi setelah
kamu lengket dengannya, malah diajak nikah. Apalagi bagi para remaja
muslimah yang dipacari cowok nonmuslim, terus karena pacarannya
kebablasan berbuah kehamilan, udah gitu kan pilihannya makin sulit dan
malah mau saja dinikahi oleh cowok beda akidahnya itu. Musibah besar,
Bro en Sis!
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang
beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang
beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih
mengetahui tentang keimanan mereka. Jika kamu telah mengetahui bahwa
mereka (benar-benar) beriman, maka janganlah kamu kembalikan mereka
(wanita mukmin) kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka
(wanita mukmin) tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang
kafir itu tiada halal pula bagi mereka.” (QS al-Mumtahanah [60]: 10)
Saya kutipkan dari website muslim.or.id tentang pendapat para ulama seputar penjelasan ayat ini. Menurut Imam al-Qurthubi rahimahullah mengatakan,
“Para ulama kaum muslimin telah sepakat tidak bolehnya pria musyrik
(non muslim) menikahi (menyetubuhi) wanita muslimah apa pun alasannya.
Karena hal ini sama saja merendahkan martabat Islam.” (Tafsir
al-Qurthubi, Muhammad bin Ahmad al-Anshori al-Qurthubi, Mawqi’ Ya’sub,
3/72)
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Ayat ini (surat
al-Mumtahanah ayat 10) menunjukkan haramnya wanita muslimah menikah
dengan laki-laki musyrik (non muslim)” (Tafsir al-Quran al-‘Azhim, Ibnu
Katsir, Muassasah Qurthubah, 13/521)
Imam asy-Syaukani rahimahullah dalam kitab tafsirnya
mengatakan, “Ayat ini (surat al-Mumtahanah ayat 10) merupakan dalil
bahwa wanita muslimah tidaklah halal bagi orang kafir (non muslim).
Keislaman wanita tersebut mengharuskan ia untuk berpisah dari suaminya
dan tidak hanya berpindah tempat (hijrah)” (Fathul Qodir, Muhammad bin
‘Ali asy-Syaukani, Mawqi’ at-Tafasir, 7/207)
Islam memuliakan kita
Ada nasihat dari Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu yang perlu kita
renungkan. Menjelang wafatnya, beliau menasihati sahabat-sahabatnya,
“Sesungguhnya kita telah diciptakan, kita ini awalnya tidak berarti
apa-apa sampai akhirnya Allah memuliakan kita dengan Islam. Maka jika
kita pergi untuk mencari kemuliaan pada selain-Nya, maka niscaya Allah
akan menghinakan kita.”
Sobat muda muslim, Umar bin Khattab juga selalu merasa bimbang
terhadap dirinya sendiri, “Apa yang hendak kau katakana pada Rabbmu
besok di akhirat?” beliau senantiasa melantunkan syair untuk menasihati
dirinya, “bukankah kamu adalah seorang yang rendah, lalu Allah
mengangkatmu. Bukankah kamu dahulu adalah orang yang sesat, lalu Allah
memberi petunjuk kepadamu. Bukankah kamu dahulu adalah orang yang hina,
lalu Allah memuliakanmu. Lalu apa yang hendak kau lakukan kepada Rabbmu
dihari esok (akhirat)?”
Subhanallah. Kita mulia dengan Islam. Jadi, heran aja kalo sampe ada
kaum muslimin yang masih mencari kemuliaan selain Islam. Nggak bakalan
ada. Yakinlah. Cuma Islam yang membuat kita mulia. Maka, buat apa cari
cowok atau cewek nonmuslim untuk dijadikan pacar. Sudahlah pacarannya
dilarang, eh malah pacaran sama orang selain Islam pula. Waduh, itu sih
asli nyari penyakit. Hindari ya!
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Meski kamu
berbusa-busa bilang bahwa apa yang kamu lakukan adalah atas dasar cinta
walau harus menyukai lawan jenis yang nonmuslim. Bohong! Itu bukan
cinta, tetapi gejala orang yang kena jebakan setan atas nama cinta. Itu
sebenaranya hawa nafsu buruk, tetapi disulap jadi indah dan atas nama
cinta. Setan emang pinter bikin jebakan agar kamu terjerumus dalam
pergaulan yang nista.
Jadi, jangan nekat melanggar syariat ya. Sebaliknya, buanglah pacar
pada tempatnya. Apalagi pacarmu nonmuslim. Amit-amit dah kalo kudu
ngorbanin kekalnya akhirat dengan secuil kenikmatan sesaat bin fana
duniawi. Rugi banget kalo ninggalin akidah dan syariat Islam, lalu
mengejar kenikmatan semu di akidah lain.
So, mulai sekarang perbaiki imanmu, kuatkan takwamu, semangat
beribadah, dan tetap beramal shalih. Mulai sekarang jauhi pacaran,
apalagi pacaran dengan nonmuslim. Why? Itu bikin dosa dan membahayakan
akidahmu
Sumber : Gaul Islam
Waspada ! Cerita Cinta Tapi Beda Akidah
Info Post
0 komentar:
Posting Komentar